Whatever happen in my LIFE.......... GOD please help me to remember that nothing happen in this world that we can not handle TOGETHER

Monday, February 25, 2008

The Secret

Pengen banget mengulas dan sharing tentang gagasan "positive thinking" atau "mind cure" yang diusung oleh aliran new age, sesungguhnya kemasan baru dari pantheism (mistik Timur). Filosofi New Age pada prinsipnya menyebut bahwa manusia memiliki potensi/energi/power tak terhingga dan bersifat ilahi dan tugas manusia adalah menggali potensi diri itu untuk mencapai keilahiannya secara penuh melalui berfikir positif, visualisasi, kata-kata mantra, olah batin, juga meditasi.
Lalu, bagaimana iman Kristiani memandangnya...

Wait..(akan coba disarikan dari seminar "The Secret" dengan pembicara Pak Herlianto)




Tuesday, February 19, 2008


loner
freezing
blue
silent

today

Thursday, February 14, 2008

Happy Val...




Happy Valentine's day!!!!



The Role of Parents

Jangan anggap remeh dengan peran orangtua. Apa saja?

Check this out:

Faith Teachers

Carpenters

Chiefs of Police

Detectives

Doctors

Entertainers

Executive Chefs

Faith Healers

Gardeners

Guardian Angels

Hotel Managers

Lawyers

Librarians

Massage Therapists

Mechanics

Miracle Workers

Nurses

Ophthalmologists

Pastors

Philosophers

Politicians

Psychologists

Referees

Sex Educators

Social Workers

Standup Comedians

Surgeons

Tile Layers

Watchmen

Weird

It’s an awesome responsibility

The church preaches the gospel, but it’s in the HOME we LIVE the gospel


Sunday, February 3, 2008

Friends Forever...

Aku ingin berbagi kisah tentang seorang sahabat karibku. Dia perempuan berdarah campur Aceh Jawa. Aku bersahabat dengannya sejak duduk dibangku SMA. Dahulu, sekalipun kuliah di tempat berbeda, kami tetap menjalin persahabatan bahkan berbagi sahabat-sahabat baru kami. Nyaris semua teman kuliahku mengenalnya, begitupun aku dikenal teman-temannya. Keluarganya menjadi bagian hidupku juga, karena kami sekian lama telah sama berbagi waktu, kesukaan, dan kesedihan di masa lalu. Masih kuingat saat aku kehilangan Ayah. Dia selalu hadir menemani membalut kepedihanku. Dan saat rasa kehilangan Ayah masih meraja. Ayahnya ikut berujar lembut: ”Jangan terlalu bersedih Nak. Sekalipun Ayahmu telah pergi, masih ada Ayah di sini. Sekarang Ayah ini juga Ayahmu. Panggil saya Ayah”. Aku ingat. Waktu itu aku merasa terharu dan menangis lagi. Perhatiannya telah menghangatkan hatiku. Sampai sekarang, aku pun memanggilnya Ayah. Ayah yang selalu kuhargai dan kuhormati.

Langkah kehidupan telah menjauhkan kami sekian lama, namun persahabatan ini ternyata tidak pernah berujung. Lebih duabelas tahun aku kehilangan jejak mereka, menikah, bekerja, dan pindah ke kota lain, rumah kediaman Ayah Ibunya yang juga berpindah membuat aku kehilangan jejak mereka. Dalam hati aku selalu memupuk harap bisa bertemu dengan mereka lagi.

Kurang dari tiga tahun lalu, di tengah acara meeting kantor, aku menerima telpon dari seorang perempuan. Telponnya menimbulkan teka teki karena tak menyebutkan dia siapa. Tapi dia mengingatkanku banyak memories dan tempat yang dahulu kami kunjungi bersama. Gelisah. Ya, aku gelisah dan penasaran. Beberapa kali menelpon dengan cara yang misterius, membuat aku semakin penasaran. Sampai satu kali akhirnya aku menebak nama sahabatku yang memang kurindukan. Itu memang dia. Tak terasa aku menangis haru dan bahagia saat itu. Ternyata dia sudah bertemu adikku dan mendapat nomor HP ku. Dia wanti-wanti pada adikku untuk tidak membocorkan lebih dulu kunjungannya ke rumah. Ya, kerinduan telah pula membawanya mencariku ke rumah orangtuaku dulu di kota M.

Begitulah. Persahabatan yang sempat terkendala itu dengan cepat menemukan ikatannya kembali. Ternyata kami tinggal berdekatan di kota ini. Rasanya tak pernah habis waktu untuk membicarakan masa-masa lalu dan bercerita masa-masa kami terpisah jauh. Persahabatan kami cepat terjalin intim kembali. Aku mulai terbiasa dengan kedua anak-anaknya yang sudah beranjak remaja dan suaminya. Bahkan tak disangka saat perayaan sunat anak keduanya yang berbarengan dengan perayaan haji mereka, aku pun bisa bertemu keluarga besarnya kembali. Haru dan bahagia tentunya. Nyaris tidak ada yang berubah. Ayah tetap wiseful dan ramah, dan seolah tak pernah beranjak tua, Ibu yang selalu hangat. Mba-mba, Mas-Mas yang lain, dan sekarang ditambah dengan deretan anak-anaknya. Aku serasa di bawa pulang, ke dalam kehangatan keluarga lagi.

Tak terasa sudah dua tahun lebih kami bersama lagi. Namun sejak aku pindah ke tempatku sekarang (setengah tahun lalu), belum sekalipun dia mengunjungiku. Kami memang selalu bertemu di rumahnya atau di sebuah tempat yang kami sepakati. Sebulan tak bertemu membuat ada banyak hal yang rindu kami sharingkan bersama. Walau sekedar mengenang atau menertawakan masa lalu kami. Dan kemarin dia berjanji akan datang.

Pagi tadi aku asyik merapikan rumah. Jam 9 pagi aku merasa aneh belum ada konfirmasi kedatangannya, aku bermaksud menelpon. Terkejut melihat catatan misscall yang sudah 11 kali dan beberapa pesan masuk membuat aku menyadari masalah dering HP yang tidak bekerja. Aku lupa merubah fitur dering HP ke normal, akibat sehari sebelumnya di silent. Cepat aku menelpon. Ternyata dia sedang di ambang kekhawatiran pula terhadap aku. Tadi timbul dipikirannya hal-hal negatif apa yang mungkin sedang terjadi padaku. Sakitkah? Bahkan rasa kuatirnya sudah diungkapkan pada suaminya (yang sedang ngantor) lewat telpon. Bagaimana ini, dia kan hanya sendiri di rumah? Bagaimana kalau dia jatuh sakit? Siapa yang menolong? Dll...Dll. Sembari menenangkan, suaminya berkata, tolong agar memory percakapan sms di HP kemarin jangan dihapus. Siapa tahu kalau ada apa-apa kita bisa menunjukkan pada yang berwenang bahwa kita masih berhubungan dengannya tadi malam.

Ah....sahabat. Belum pernah ada teman yang sekuatir itu padaku, walau terbersit situasi itu mungkin bisa terjadi padaku. Sambil minta maaf atas keteledoran setting dering HP, aku memintanya lekas-lekas datang. Dan dia pun melanjutkan perjalanannya ke rumah.

Dia sahabatku. Yang sekalipun perbedaan keyakinan merentang di antara kami. Tak pernah sekalipun itu melunturkan nilai persahabatan kami, dulu maupun sekarang. Melainkan kami menjadi semakin kaya akan kata TOLERANSI.

Friends Forever my dear friend.........



dedicated to Ayah Ibrahim n wife, Endang n husband, Mba Nunuk, Mas Aris, Dedek, Gogo, Ririen, Wiwien, Deni n all families